“FENOMENA PERILAKU GURU AMORAL”
Sebuah Ikhtiar Menuju Pendidikan
Berkeadaban
Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs. ash- Shaff [61],
2-3)
Tugas seorang guru,
tentu bukanlah tugas yang mudah, dan main-main. Peran dan tanggungjawabnya
tidak hanya dipertanggungjawabkan secara personal, lebih secara komunal. Dalam
arti, bahwa seorang guru harus mempertanggungjawabkan segala bentuk sikapnya
kepada peserta didik, orangtua wali, publik, pemerintah, bahkan kelak dihadapan
Allah juga dipertanyakan. Pemahaman masyarakat Indonesia lebih populer
menyatakan, bahwa Guru adalah digugu dan ditiru. Dari pemahaman
inilah yang mengharuskan lahirnya konsep guru yang rigid dan paripurna sebagai
gambaran atau model seorang guru yang sebenarnya. Guru adalah soso’ manusia
model, -yang secara langsung atau tidak langsung segala sikapnya diteladani
oleh peserta didiknya.
Dalam kontek pendidikan
Islam pendidik atau guru disebut dengan Murobbi, Mu’allim dan Muaddib.
Istilah “Murobbi”, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih
mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani.
Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua dalam membesarkan
anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelanyanan secara penuh agar
anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan berkepribadian serta akhlak yang
terpuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar